Bagi pemula, pemandangan trifting di sini mungkin sangat sempit dengan pemandangan toko di mana pakaian-pakaian yang dijual rata-rata digantung dengan rapat dan jumlah yang banyak. Berbeda dengan konsep awal yang mengininkan barang bermerek dengan harga murah, di sini para konsumen justru lebih cenderung melihat pada kualitas barang.
Oleh karena itu, para pedagang biasanya mengangtung barang dagangan dengan cara membedakannya berdasarkan kualitas barang. Adapun barang dengan kualitas terbaik biasanya akan diletakan di dalam toko dan di gantung di bagian atas. Sementara baju yang kualitasnya tidak terlalu baik diletakan di bagian bawah di mana calon konsumen bebas memilih yang mereka sukai.
“Males banget kalau trifting offline, soalnya capek dan pusing milihnya. Lebih suka trifting online aja sambil tiduran,” cerita Febrianti.
Benar sekali, sesuai dengan perkembangan pasar yang telah merambah bidang online, fenomena thrifing juga tidak mau ketinggalan. Untung mengaet konsumen dengan jangkauan yang lebih besar, kegiatan trifting kini juga bisa ditemui di beberapa flatform online dengan mudah.
Bahkan dengan adanya thrifting online dianggap lebih memudahkan konsumen yang ingin mendapatkan barang murah tanpa harus datang langsung ke lokasi. Meski mudah, Ferzia (26) yang juga suka melakukan thrifting lebih memilih untuk berbelanja secara langsung.
“Kalau aku lebih milih datang langsung. Karena thrifting itu ka baju-baju bekas yah. Jadi kita bisa lihat nih kualitas barangnya mana yang reject dan mana yang benar-benar mulus. Jadi enggak kecewa gitu,” kata dia.
Lebih lanjut, selain menarik dari sisi mode dan juga harga, thrifting juga diklaim memiliki keunggulan dalam sisi kesehatan lingkungan. Pasalnya, sebagaimana diberitahukan, barang thrifting merupakan barang-barang yang sudah tidak tidak digunakan lagi oleh pemiliknya. Dengan adanya kegiatan thrifting, maka dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan sekitar.
Dengan pemanfaatan barang bekas maka secara tidak langsung berdampak pada berkurangnya permintaan barang baru yang notabene mengurangi produksi barang yang menimbulkan limbah dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Meski digadang-gadang memiliki keuntungan tersendiri, kenyataannya produk thrifting yang ada sekarang tidak semuanya original pakaian bekas dari negeri sendiri melainkan import dari negara lain. Barang-barang bekas yang diimport dan masuk ke Indonesia ini masuk sebagai produk buangan atau donasi yang dikirim dari negara lain yang kemasannya bercampur aduk.