Menilik lebih dalam lagi, jauh sebelum menjadi seperti sekarang Pasar Asemka hanya sebuah pasar tradisional pada umumnya. Pada awal didirikan, Pasar Asemka bahkan merupakan sebuah pasar tradional yang terbilang kecil yang lahir di kawasan Glodok, Jakarta Barat pada era kolonial Belanda pada saat itu.
Pada masa ini, Asemka tercatat sebagai bagian dari kawasan Pecinaan di Batavia. Asemka mulanya menjadi tempat tujuan bagi masyarakat etnis Tionghoa yang datang ke tanah air. Orang-orang Tionghoa tersebut kemudian menempati kawasan di wilayah Kali Besar, Kota Tua, Jakarta Barat. Sejak saat itu, tidak ada yang menyangka jika etnis Tionghoa lama kelamaan menjadi satu komunitas dan semakin bertambah dan berdatangan dan perlahan memadati kawasan ini.
Sejak dibangun pada tahun 1989 hingga kini, pasar Asemka belum pernah dilakukan direnovasi baik secara fisik maupun sistem. Namun, kabar perbaikan ini sempat mencuat akan dilakukan, kenyataanya hingga kini kawasan tersebut masih semberawut.
Meski tidak tersentuh penataan ulang, Pasar Asemka tetap tidak terelakkan menjadi pasar legendaris karena bisa bertahan hingga kini dan bersaing dengan pasar-pasar yang menawarkan dagangan serupa. Pasar Asemka juga berhasil berjalan di tengah persaingan transaksi online dan mempertahankan pembeli setianya.
Wajar saja, Pasar yang tergolong kecil ini mampu bertumbuh menjadi pasar legendaris karena bisa bertahan. Pasar Asemka mampu mempertahankan gelarnya sebagai pasar yang menjajakan barang-barang grosir dengan harga miring dengan keunikan yang ada.
Kemudian perlahan, seiring dengan perkembangan jaman, urbanisasi hingga perkembangan ekonomi Pasar Asemka kemudian tumbuh menjadi tujuan utama berbelanja kebutuhan souvenir baik secara grosir maupun eceran terbesar dalam kategorinya.
Tidak bisa dipungkiri jika beberapa dekade terakhir, Pasar Asemka mampu menorehkan menjadi sebuah destinasi penting tidak hanya pedagang dan pengusaha kecil saja tetapi juga bagi kalangann masyarakat lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, khususnya dalam skala besar. Bahkan, pembelinya tidak hanya datang di seluruh wilayah Jakarta saja, tetapi menyebar ke Jabodetabek hingga banyak pendatang dari luar pulau Jawa juga ikut berbelanja di sini.
Di luar semua itu, yang patut diacungi jempol ialah semua orang bisa dengan mudah mengakses pasar Asemka. Terlebih saat ini sistem transportasi yang jauh berkembang mampu memberikan pilihan moda transportasi yang aman dan terjangkau untuk menuju ke lokasi.
Adapun Pasar Asemka yang notabene terletak tidak jauh dari Museum Fatahillah ini bisa diakses baik menggunakan berbagai moda trasnportasi umum seperti Kereta Rel Listrik (KRL) maupun layanan Transjakarta.
Dengan sejarah yang panjang dan peminat yang masih tinggi ini rasanya Pasar Asemka patut mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi baik dari pihak swasta maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta beserta jajaran.
Dengan kondisi pasar yang baik tentunya bisa meningkatkan daya jual tidak hanya di sekitar Jabodetabek, luar pulau Jawa saja tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bisa mengepakkan sayap hingga ke pasar internasional.
Setidaknya, apa yang dilakukan bisa meningkatkan kenyamanan baik itu pelanggan maupun penjual yang berdagang. Tetapi penataan yang baik juga bisa meningkatkan kenyamanan masyarakat yang melintas di lokasi. Harapannya agar Pasar Asemka bisa berkembang jauh lebih baik dari aspek fisik dan sistem tanpa mengubah keunikan-keunikan yang menjadi daya tarik.
Ada banyak hal yang menjadi point yang bisa diperhatikan, salah satunya lokasi pedagang agar tidak memakan jalan yang pada fungsinya diperuntukkan bagi pengguna jalan dan pengendara. Untuk itu diperlukan lokasi yang bisa dijadikan lokasi untuk berdagang bagi para pedagang.
Selanjutnya kantong parkir yang harus diatur dengan baik, mengingat jalan yang sempit jika juga dijadikan lokasi parkir maka akan menimbulkan kemacetan tidak hanya di area kegiatan jual beli tetapi juga mengular di sekitar lokasi.
Selanjutnya bagaimana bisa meningkatkan kegiatan jual beli di tengah gempuran transaksi online yang saat ini justru menjadi musuh besar bagi pasar-pasar tradisional.
Mau tidak mau, pemerintah juga harus menata sistem transaksi mereka sehingga memudahkan proses jual beli bagi kedua belah pihak. Sebab, tidak dipungkiri era digitalisasi sendiri tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi atau memfasilitasi para pedagang untuk melek digital dan memasarkan dagangannya tidak hanya secara offline tetapi juga online.
Dengan penataan tersebut maka, diharapkan bisa ikut meningkatkan sistem perdagangan dan perekonomian di Indonesia dengan tetap mempertahankan budaya jual beli di Pasar Asemka yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Tentu, perubahan ini tidak bisa dilakukan oleh beberapa pihak saja tetapi juga semua pihak terkait. Jika tidak mengikuti perkembangan dan kondisi yang saat ini, tidak menutup kemungkinan Pasar Asemka juga tergerus dan menghilang perlahan.