Perdagangan pada dasarnya memang merupakan sebuah kegiatan jual beli barang yang terjadi antara penjual dan pembeli. Tentu ada kesepakatan harga yang berlaku pada setiap transaksinya.
Dalam hal ini selain kualitas barang, karakter setiap pedagang maupun pembeli kemudian juga menarik untuk ikut dibahas. Sebab karakter inilah yang kemudian bisa dimanfaatkan guna menentukan target pasar dan barang apa yang menarik untuk dijual kepada calon pembeli.
Pasar Poncol Pusatnya Barang Perkakas
Dengan karakter yang tepat, maka dipastikan sistem perdagangan akan berjalan dengan baik sesuai dengan target pasar. Sebagaimana diketahui, pedagang pada dasarnya hanya ingin semua barang dagangannya laku terjual dan mendapat omset yang tinggi namun dengan modal sekecil-kecilnya.
Di sisi lain, para pembeli juga memiliki karakter uniknya sendiri yakni ingin mendapatkan barang yang bagus dengan harga serendah-rendahnya.
Berangkat dari hal itu, lantas ada banyak kegiatan perdagangan yang lantas berupaya menawarkan barang dagangan yang sesuai dengan target pasar. Selain membuka peluang besar untuk mendapatkan keuntungan besar pagi para pelanggan, hal ini juga bisa memberi kemudahan bagi para pembeli untuk menentukan pilihan barang yang sesuai dan pas dengan kantong masing-masing.
Tidak dipungkiri, kualitas barang yang bagus tentu menjadi target utama bagi para calon pembeli.
Namun, hal ini berbeda dengan karakter masyarakat yang datang untuk berbelanja di Pasar Poncol yang terletak di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Sebelum membahas lebih jauh terkait karakter pembeli yang ada di sana, tentu harus mengenal Pasar Poncol yang sudah terkenal sejak tahun 1960-an. Berbeda dengan pasar pada umumnya yang menawarkan barang yang fresh dan baru, di pasar ini justru rata-rata menawarkan barang bekas atau loak.
Jika ditarik lebih jauh, sekitar tahun 1965, saat itu mencekam isu pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) mencuat ke seluruh penjuru negeri. Namun hebatnya, para pedagang tak gentar untuk tetap menjajakan dagagan bahkan meski harus mengangkut barang dagangan dengan cara dipikul menuju Pasar Poncol. Kebanyakan pedagang kebanyakan menjual beras dan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai dan masih bisa digunakan untuk dijual kembali di sana.
Karena lelah harus memikul barang dagangan setiap datang dan pulang berdagang, para pedagang kemudian sepakat untuk membuat sebuah lokasi penyimpanan untuk barang-barang dagangan mereka tersebut.
Akhirnya secara swadaya, para pedagang perlahan mulai membuat bangunan dari alat-alat seadanya untuk mendirikan bangunan yang diperuntukkan untuk menyimpan barang-barang dagangan. Setidaknya, sekitar tahun 1970, lapak-lapak minimalis sudah berdiri di sepanjang jalan Bungur yang menjadi titik lokasi perdagangan di Pasar Poncol.
Pada awalnya, hanya ada beberapa jenis barang bekas yang dijual seperti baju, sepatu hingga barang antik peninggalan jaman penjajahan yang ikut di jual di lokasi tersebut. Kini seiring perkembangan, barang-barang yang dijual kiian bervariasi mulai dari pakaian, suku cadang kendaraan, alat-alat elektronik, alat musil, telpon seluler, kamera hingga perkakas bangunan dan masih banyak lainnya.