Terlebih penurunan secara drastis dirasakan oleh para pedagang pasca adanya penutupan jalan Letjen Suprapto yang melewati rel kereta api di samping Stasiun Senen arah ke Cempaka Putih. Penutupan ini bahkan sudah dilakukan secara permanen sejak 2016 lalu.
Penutupan rel kereta Stasiun Kereta Pasar Senen ini sendiri mengacu pada Undang-undang (UU) Nomor 23 Tahun 2007tentang Perkeretaapian. Adapun di dalam pasal 91 ayat 1 UU disebutkan apabila jalur kereta api dengan jalan harus dibuat tidak sebidang.
Adapun jalan Letjen Suprapto sendiri saat ini terdapat underpass yang menghubungkan jalan Letjen Suprapto menuju Jalan Senen Raya. Pemprov DKI membangun Underpass tersebut dengan harapan mampu mengurai kemacetan di lokasi hingga 40 persen.
Selanjutnya akibat dari adanya penutupan yang dilakukan, masyarakat yang ingin menuju Pasar Poncol saat ini mau tidak mau harus memutar jalan. Dalam hal ini, calon pembeli harus memutar menyusuri Jalan Pasar Senen ke arah Jalan Bungur Besar Jaya. Dari Sana, pengendara bisa belok ke Jalan Kepu Selatan dan masuk ke Jalan Bungur sebelum tembus menuju Jalan Suprapto kembali.
Padahal sebelum adanya penutupan, masyarakat yang ingin menuju ke pasar Poncol cukup menyebrangi rel kereta bisa langsung sampai di area Pasar Poncol dengan mudah dan cepat. “Kalau sekarang kan orang jadi muter-muter, jadi males karena lebih jauh terus boros bensin juga kan,” cerita Ijal (37), salah seorang pedagang yang berjualan kipas angin bekas di lokasi.
Naik dan turun kondisi Pasar Poncol tentunya harus menjadi perhatian. Mengingat Pasar Poncol selain menjadi pasar loak terbesar di Jakarta, sampai saat ini masih banyak dicari oleh masyarakat. Dengan akses yang sulit tentunya mempersulit kegiatan jual beli di lokasi.
Akibatnya, tidak hanya merugikan para pedagang dari sisi pendapatan tetapi juga mempersulit masyarakat yang ingin menuju ke lokasi.
Namun bagaimanapun alsannya, keputusan pemerintah untuk menutup rel kereta di sekitar area pasar juga tetap harus dilakukan mengingat penting untuk memastikan keamanan dan keselamatan masyarakat yang berada di sekitar area.
Imbasnya jelas akses ke Pasar Poncol saat ini harus ditempuh menjadi sedikit lebih jauh dari biasanya. Tapi yang harus diketahui ialah apapun yang terjadi, apa yang ada di Pasar Poncol tidak ada yang berubah hingga kini. Semua tetap sama bahkan terus berkembang menyesuaikan kebutuhan pasar yang terus berkembang seiring jaman.
Pasar Poncol saat ini, bisa dikatakan melihat pergerakan lalu lintas yan terbilang sibuk yang tidak seramai biasanya dari kedai masing-masing dan pintu gardu Pasar Poncol. Apalagi melihat masyarakat yang berbondong-bondong antusias berbelanja barang-barang yang ditawarkan di sini.
Entah apa yang salah?
Untuk kategori pasar loak sekelas Pasar Poncol, harusnya persaingan online tidak begitu berpengaruh karena membeli secara langsung akan lebih baik. Tapi kenapa Pasar Poncol hampir mengikuti jejak pasar-pasar tradisional legendaris lainnya yang perlahan sinarnya mulai pudar.
Tentu saja hal ini tidak bisa kita biarkan dan abaikan begitu saja. Bagaimanapun Pasar Poncol merupakan bagian dari sejarah panjang kegiatan jual beli yang tidak akan pernah terhapus waktu.
Jelas, yang menjadi kendala dalam kegiatan perdagangan di sini yang paling mencolok ialah sulitnya akses menuju lokasi dari biasanya. Untuk itu, pemerintah bisa memikirkan cara bagaimana mempermudah masyarakat untuk menuju ke lokasi, entah menyediakan kantong parkir di sekitar lokasi dan feeder yang dapat digunakan oleh masyarakat. Mengingat rata-rata pelanggan yang datang ke lokasi berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang membutuhkan akses transportasi dan kantong parkir buat masyarakat yang memilih berkegiatan menggunakan kendaraan pribadi.
Setiap perubahan yang dilakukan oleh pemerintah harusnya tidak boleh ada yang merugikan siapapun, termasuk para pedagang yang telah menorehkan sebagian hidupnya dengan mencari nafkah di Pasar Poncol.